Membaca judul artikel ini, mungkin ada yang menyeletuk "Sinting!". Bahkan mungkin sesama gay pun akan berpikir demikian. Sebelum menyeletuk, baca dulu cerita selengkapnya, ok?
Di usia 20, warga New York - Digby du Pont - punya kehidupan yang diinginkan semua orang. Bayangkan saja. Digby sudah berkelana 7 benua termasuk ke Taj Mahal, Piramid Giza dan berlayar melewati Lautan Hindia. Pakaian dan asesoris Digby pun sangat mahal, seperti sepatu Bloomingdales, jam Cartier, dll. Digby juga sering makan malam dekat para celebriti di restoran ekslusif New York. Digby itu ternyata cuma BONEKA !!! Meski cuma benda mati, Digby sangat dimanja oleh kedua ayahnya yang merupakan pasangan gay: Mark Kirby dan A.J Sapolnick.
Keduanya tidak pernah merencanakan akan punya anak boneka. Semua bermula ketika satu persatu dari teman mereka punya anak. Teman-teman mereka pun sering memamerkan foto anak mereka. Mark dan AJ iri hati. Mereka pun mau punya naka tapi apa daya, Amerika Serikat saat itu melarang pasangan gay untuk mengadopsi anak. Bahkan di zaman itu, konsep gay bukan penyakit masih terbilang baru dan kontroversial.
Digby 'diadopsi' di Paris, tepatnya di sebuah toko loak di tahun 1990. Kedua gay itu langsung suka dan membeli boneka seharga 4 poundsterling yang kelak dinamai Digby. Digby saat itu sangat kotor dan bulukan, juga bugil. Dengan penuh kasih sayang, mereka membersihkan Digby dan memakaikan baju.
Keduanya tidak pernah merencanakan akan punya anak boneka. Semua bermula ketika satu persatu dari teman mereka punya anak. Teman-teman mereka pun sering memamerkan foto anak mereka. Mark dan AJ iri hati. Mereka pun mau punya naka tapi apa daya, Amerika Serikat saat itu melarang pasangan gay untuk mengadopsi anak. Bahkan di zaman itu, konsep gay bukan penyakit masih terbilang baru dan kontroversial.
Digby 'diadopsi' di Paris, tepatnya di sebuah toko loak di tahun 1990. Kedua gay itu langsung suka dan membeli boneka seharga 4 poundsterling yang kelak dinamai Digby. Digby saat itu sangat kotor dan bulukan, juga bugil. Dengan penuh kasih sayang, mereka membersihkan Digby dan memakaikan baju.
Digby selalu duduk di kursi tersendiri dalam pesawat (meski tidak membayar tiket). Digby juga punya PASPOR sendiri! Di beberapa negara, kalo petugasnya punya rasa humor, paspor Digby akan distempel. Ke mana pun Digby pergi, orang-orang terpesona dengan sang boneka. Bahkan Digby pernah hampir dirampok ketika dia mengunjungi Tembok Besar China bersama orangtuanya. Seorang USKUP, Richard Chartes, bahkan menawari PEMBAPTISAN untuk snag boneka! Namun ditolak pasangan gay itu dengan alasan Digby itu keturunan Yahudi! Keluarga unik itu menjadi buah bibir ke mana pun mereka pergi. Sering, orang-orang tak dikenal mengirim mereka email positif, hanya sekedar memberitahu bahwa mereka pernah melihat Digby ketika keluarga unik itu berlibur.
Digby selalu duduk di kursi tersendiri dalam pesawat (meski tidak membayar tiket). Digby juga punya PASPOR sendiri! Di beberapa negara, kalo petugasnya punya rasa humor, paspor Digby akan distempel. Ke mana pun Digby pergi, orang-orang terpesona dengan sang boneka. Bahkan Digby pernah hampir dirampok ketika dia mengunjungi Tembok Besar China bersama orangtuanya. Seorang USKUP, Richard Chartes, bahkan menawari PEMBAPTISAN untuk snag boneka! Namun ditolak pasangan gay itu dengan alasan Digby itu keturunan Yahudi! Keluarga unik itu menjadi buah bibir ke mana pun mereka pergi. Sering, orang-orang tak dikenal mengirim mereka email positif, hanya sekedar memberitahu bahwa mereka pernah melihat Digby ketika keluarga unik itu berlibur.
0 komentar:
Posting Komentar